Bimbingan Teknis dan Sosialisasi Daring (WEBINAR) #EPISODE 1173 PROPAKTANI
Pengelolaan Hama dan Penyakit Ramah Lingkungan Pada Tanaman Pangan Mendukung Sistem Pertanian Berkelanjutan
Revolusi Hijau berhasil meningkatkan produksi tanaman pangan utama nasional sampai mencapai swasembada untuk beras pertama kali pada tahun 1984. Dampak negatif yang dirasakan selama ini adalah meningkatnya hama dan penyakit sebagai akibat dari penggunaan pestisida yang tidak rasionil dan dampak negative perubahan iklim. Revolusi Hijau perlu diteruskan menjadi Revolusi Hijau Lestari untuk memenuhi kebutuhan domestic bahkan ekspor tidak hanya untuk generasi saat ini, tetapi juga untuk generasi yang akan datang dengan mengelola sumberdaya alam dengan orientasi teknologi dan perubahan kelembagaan modern untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan. Propaktani episode 1173 yang diorganisir oleh APPERTANI membahas topik: Pengelolaan Hama dan Penyakit Ramah Lingkungan Pada Tanaman Pangan Mendukung Sistem Pertanian Berkelanjutan untuk komoditas tanaman Pangan utama padi, jagung dan kedelai. Sebagai moderator webinar episode ini adalah Prof. Dr. Marwoto, Tim Pakar APPERTANI Bidang Hama Penyakit Tanaman Pangan.
Prof. Dr. Ir. I Nyoman Widiarta, Pakar Hama dan Penyakit Tanaman, APPERTANI, yang juga Periset BRIN menyampaikan topik:” Strategi Pengendalian Hama Penyakit Utama Yang Ramah Lingkungan Pada Tanaman Padi Mendukung Pertanian Modern Berkelanjutan”, membahas
kisah sukses adopsi Revolusi Hijau dalam paket Panca Usaha Tani didudukung Gerakan Bimas, insus, super insus sampai Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) telah berhasil mengantarkan Indonesia mencapai swasembada beras beberapa kali. Meningkatnya serangan hama dan penyakit sebagai dampak negative pengggunaan pupuk yang tidak seimbang, aplikasi pestisida yang tidak rasional, diperparah dengan dampak negative anomaly iklim. La-Nina sering disebut dengan kemarau basah dengan intensitas yang kuat dapat meningkatkan luas serangan hama utama padi ( tikus, penggerek batang padi, wereng batang coklat), begitu juga penyakit utama padi( tungro, virus kerdil padi, blas, hawar daun bakteri). Pada La-Nina dengan intensitas lemah hanya wereng batang coklat, penyakit tungro dan virus kerdil padi yang meningkat luas serangannya.Secara nasional kerugian akibat serangan hama penyakit padi tidak significant, tetapi bagi petani kecil dengan luas lahan kurang dari 0,5 ha, kehilangan hasilnya sangat berarti. Pengendalian Hama Terpadu yang diintegrasikan dalam pengelolaan tanaman terpadu (PTT) disarankan untuk membuat tanaman sehat dan komponen pengendalian alamiah dan musuh alami berfungsi menjaga keseimbangan ekosistem yang tidak menimbulkan ledakan hama-penyakit.
Prof. Ir. Amran Muis, Ph.D. Periset BRIN dan Tim Pakar APPERTANI dalam Bidang Hama dan Penyakit Tanaman menyampaikan materi dengan topik: “Pengelolaan Hama dan Penyakit Penting Tanaman Jagung yang Ramah Lingkungan untuk Mendukung Pertanian Berkelanjutan” menekankan upaya pengelolaan penyakit bulai dan ulat grayak jagung, Fall Armyworm (FAW) (Spodoptera frugiperda Smith), hama baru pada tanaman Jagung
di Indonesia. Bulai menyerang tanaman jagung yang masih muda sehingga terkadang tanaman tidak bisa menghasilkan tongkol. Kehilangan hasil akibat penyakit bulai berkisar 50- 80% di beberapa wilayah sentra pengembangan jagung seperti Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Barat. Dampak penyakit bulai selain menyebabkan penurunan produksi, juga menimbulkan trauma bagi masyarakat untuk menanam jagung kembali.Varietas tahan bulai sudah banyak dihasilkan, disamping kultur teknis, juga sudah dihasilkan pestisida hayati dan nano biopestisida nabati. Pengendalian FAW dapat dilakukan dengan tindakan pencegahan, penggunaan agens pengendali hayati (predator,parasitoid) pathogen serangga, dan biopestisida yang telah terdaftar.
Prof. Dr. Yusmani Prayogo, M.Si, . Periset BRIN dan Tim Pakar APPERTANI dalam Bidang Hama dan Penyakit Tanaman menyampaikan materi dengan topik: “Pengelolaan Hama dan Penyakit Ramah Lingkungan Pada Tanaman Kedelai untuk Mendukung Sistem Pertanian Berkelanjutan”. Tanaman kedelai dapat diserangan oleh 16-28 jenis serangga dengan kehilangan hasil bisa mencapai 80% serta terinfeksi oleh 3 soilborne disease, 3 penyakit airborne disease, 5 penyakit virus dan 2 penyakit bakteri. Beberapa factor pemicu ledakan hama penyakit diantaranya: 1) varietas rentan, 2) resistensi dan/atau resurgensi pestisida, 3) pengendalian terlambat dan bervariasi, 4) dampak negative perubahan Iklim global, dan 5) pengetahuan petani yang kurang tentang bioekologi hama maupun epidemiologi penyakit. Tingkat keberhasilan pengelolaan hama dan penyakit ditentukan oleh 5 hal yaitu: 1) pemahaman bioekologi hama dan epedemiologi penyakit, 2) monitoring/ pemantauan rutin (terjadwal), 3) memenuhi kaedah 5 tepat dalam penggunaan pestisida, 4) Tindakan pengendalian tidak terlambat, dan 5) pilihan teknologi pengendalian yang tepat. Bimbingan teknis sangat diperlukan agar rekomendasi teknologi pengendalian dapat diimplementasikan secara massif.