Bimbingan Teknis dan Sosialisasi Daring (WEBINAR) #EPISODE 1191 PROPAKTANI
Kebutuhan Inovasi Dalam Meningkatkan Produksi Pertanian
Ketahanan ekonomi perlu diperkuat pelaksanaannya sebagai salah satu dari tujuh agenda RPJMN-2020-2024. Inovasi dan investasi sebagai modal utama ketahanan ekonomi perlu ditingkatkan pemanfaatannya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, guna memberikan kesejahteraan kepada masyarakat luas secara adil dan merata. Kontribusi pertumbuhan ekonomi disektor pertanian diharapkan terus meningkat dibandingkan periode lima tahun sebelumnnya. Teknologi, inovasi, jejaring dan kerjasama yang solid diharapkan dapat memacu pembangunan ekonomi pada sektor pertanian agar tumbuh lebih tinggi, inklusif, dan berdaya saing melalui pengelolaan sumber daya ekonomi dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan produk pertanian lainnya serta percepatan peningkatan nilai tambah produk yang dihasilkan. Propaktani episode 1191 yang diorganisir oleh APPERTANI membahas topik: Kebutuhan Inovasi Dalam Meningkatkan Produksi Pertanian, guna memacu pembangunan ekonomi pada sektor pertanian. Sebagai moderator webinar episode ini adalah Prof. Dr. Sjamsul Bahri, M.S., Sekretaris dan Tim Pakar APPERTANI.
Prof. Dr. Deciyanto Soetopo, M.S., Tim Pakar APPERTANI Bidang Hama Penyakit Tanaman Pangan yang juga periset BRIN, menyampaikan topik:” Seleksi Inovasi Unggulan Pertanian: Kebutuhan Inovasi Dalam Meningkatkan Produksi Pertanian”. Percepatan pembangunan ekonomi berbasis inovasi merupakan salah satu tahapan dalam pencapaian Visi Indonesia 2045. Penerapan inovasi unggulan secara optimal akan mendorong percepatan keberhasilan pembangunan nasional di sektor pertanian. Perguruan Tinggi dan Balitbangtan merupakan lembaga penghasil inovasi teknologi pertanian unggul. Kementerian Pertanian pada tahun 2022 telah melaksanakan seleksi inovasi teknologi unggulan di bidang pertanian untuk ditelaah kesiapannya mendukung pembangunan pertanian. Seleksi inovasi unggulan pertanian dilakukan dengan tiga kriteria yaitu kesiapan dikembangkan, manfaat ekonomi dan keberlanjutan. Penilaian dilakukan dengan menggunakan pembobotan dan skor. Berdasarkan total nilai inovasi tekonologi direkomendasikan menjadi sangat layak, layak dan belum layak untuk dikembangkan. Dari 94 usulan, 88 yang telah dinilai terdiri dari inovasi teknologi padi, jagung, kedelai, ubi kayu, tanaman pangan lainnya, perkebunan, hortikultura dan peternakan deperoleh 16 inovasi teknologi sangat layak dan layak 23 untuk dikembangkan.
Prof. Dr. Ika Djatnika, Tim Pakar APPERTANI Bidang Keahlian Hama dan Penyakit Tanaman menyampaikan materi dengan topik: “Inovasi Unggulan Untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Hortikultura” meliputi permasalahan, tantangan untuk memanfaatkan sumberdaya alam local dalam hal penghematan bahan baku dengan pemanfaatan bahan alami seperti pupuk hayati dan fitohormon. Input produksi utama pupuk dan pestisida masih impor sehingga pengadaannya terganggu karena terjadi perang antar negara, ditambah harga jual produk fluktuatif yang tidak selalu menguntungkan produsen. Masalah lainnya kesulitan air sebagai dampak negative perubahan iklim, alih fungsi lahan dan generasi muda yang kurang tertarik dengan pertanian. Penghematan bahan baku dianjurkan dengan melakukan kombinasi pupuk kimia sintetis dengan kupuk kandang, penggunaan pestisida berdasarkan hasil pengamatan terhadap ambang kendali, dan pupuk hayati yang multifungsi. Pemanfaatan bahan alami seperti kapur-belerang, pestisida nabati, asap cair, kohe, kascing dan sisa tanaman yang difermentasi. Inspirasi untuk peningkatan produksi hortikultura perlu dilakukan dengan memicu petani muda untuk berkembang, peningkatan kegiatan kelompok tani dan menguji teknologi sesuai kaedah ilmiah bukan hanya dengan “testimoni.
Prof. Dr. Ir. Tjeppy D. Soedjana, M.Sc. Tim Pakar APPERTANI dalam Bidang Keahlian Sosial Ekonomi dan Sistem Integrasi Tanaman-Ternak menyampaikan materi dengan topik: “Efisiensi Sumberdaya Lahan Dan Pakan Melalui Inovasi Integrasi Tanaman-Ternak”. Bliau memaparkan sumberdaya perkebunan kelapa sawit, sumberdaya ternak sapi potong dan potensi integrasi sawit-sapi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging sapi dalam negeri. Total areal Perkebunan kelapa sawit mencapai 16, juta ha, yang mana 58% dikelola oleh perusahaan swasta dan BUMN, dan sisanya 42% merupakan perkebunan rakyat. Biomasa dari perkebunan kelapa sawit 1/3 dari pelepah dapat digunakan sebagai pakan ternak. Perkebunan kelapa sawit melebihi 1 juta ha tersebar di Provinsi Riau, Kalbar, Kalteng, sumut dan Kaltim. Meningkatkan penduduk kelompok rumahtangga pendapatan menengah-keatas mendorong permintaan daging sapi terus meningkat ditengah berkembangnya pariwisata di kawasan Indonesia timur yang menyurutkan luas padang penggembalaan. Budidaya sapi potong sistem ekstensif (least-cost) memerlukan lahan exercise yang luas seperti halnya perkebunan kelapa sawit, yang menyediakan keduanya yaitu biomasa/pakan dan lahan. Sistem integrasi sapi-sawit memberikan mutual benefit menciptakan nilai tambah dari Integrasi Sapi-Sawit (KS), menambah Total Benefit = (K) + (S) + (KS) dibandingkan tanpa integrasi = (K) dan (S). Integrasi sapi-sawit dapat memasok pangan, pakan, energi secara berkelanjutan.