Bimbingan Teknis dan Sosialisasi Daring (WEBINAR) #EPISODE 867 PROPAKTANI

Bimbingan Teknis dan Sosialisasi Daring (WEBINAR) #EPISODE 867 PROPAKTANI

SAATNYA BERALIH KE ORGANIK

Krisis pupuk an-organik global mengundang kecemasan negara-negara di dunia termasuk Indonesia dalam upaya memenuhi kebutuhan pangan, ditengah dampak negatif perubahan iklim dan ancaman krisis pangan sebagai akibat perang Rusia-Ukraina. Rusia memiliki sumber daya gas dan mineral, bahan pupuk untuk memenuhi kebutuhan unsur hara makro tanaman. Ukraina adalah negara lumbung pangan dunia pengekspor gandum, termasuk ke Indonesia. APPERTANI mendapat kesempatan untuk mengorganisir Webinar Episode 867 membahas topik: Saatnya Beralih ke Organik, guna mencari jalan keluar dari krisis pupuk ditengah ancaman krisis pangan. Sebagai moderator webinar episode ini adalah Dr. Achmad Rachman, M.Sc, Tim Pakar Sumberdaya Lahan  APPERTANI yang juga Asessor Pertanian Organik. Dr. Ir. Suwandi, Dirjen Tanaman Pangan memberikan arahan untuk mengembangkan pertanian berkelanjutan rendah masukan eksternal (Low External Input Sustainable Agriculture:LEISA) dalam menghadapi krisis pupuk an-organik dan mencegah krisis pangan.

Pakar Tanah dan Pupuk APPERTANI, Analis Kebijakan Utama Kementan, Dr. Ir. Muhrizal Sarwani M.Sc menguraikan kerisauan Presiden Joko Widodo akan terjadinya krisis pupuk dunia yang dapat memicu krisis pangan pada saat pembukaan acara konferensi negara-negara G20 tanggal 15 November 2022, akibat perang Rusia-Ukraina. Krisis pupuk dunia berdampak pada kenaikan harga pupuk urea dan pupuk NPK non-subsidi di Indonesia. Penyebab harga pupuk melonjak tidak hanya dampak perang Rusia-Ukraina yang berkepanjangan, tetapi juga kenaikan ongkos transportasi akibat pandemic COVID-19, kenaikan bahan baku dan kebijakan pembatasan ekspor oleh negara produsen. Permasalahan umum pertanian di Indonesia meliputi pelandaian produktivitas lahan sejak 1987, tren peningkatan produktivitas lebih rendah dari jumlah pupuk yang ditambahkan, dan semakin rendahnya efisiensi pemupukan. Konsep pemupukan berimbang ditawarkan untuk mencapai produktivitas optimal, melalui pemberian pupuk ke dalam tanah dengan jumlah dan jenis hara sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan kebutuhan tanaman, serta menggunakan kombinasi pupuk anorganik dengan bahan/pupuk organic. Jerami padi disarankan untuk dimanfaatkan sebagai sumber bahan organik. Pupuk organic sangat diperlukan lahan sawah di daerah tropis dengan curah hujan tinggi. Pupuk organik tidak untuk menggantikan keberadaan pupuk an-organik, namun mengefisienkan atau menghemat pupuk an-organik. Fungsi utamanya sebagai perbaikan kesuburan tanah (fisik, kimia, biologi)

Prof. Dr. Rasti Saraswati, M.Sc. Pakar Kesuburan dan Mikrobiologi Tanah APPERTANI menawarkan pupuk hayati sebagai solusi efisiensi pemupukan dan perombak bahan organic sampah domestic maupun perkotaan. Pupuk hayati  adalah sekumpulan organisme hidup yang aktivitasnya bisa memperbaiki kesuburan dan kesehatan tanah, berbeda dengan pupuk organic yang merupakan sekumpulan material organik yang terdiri dari zat hara bagi tanaman. Pupuk hayati multifungsi, dapat sebagai biofertilizer, biostimulan, biopestisida, biodekomposer, dan bioremediator. Pertanian berkelajutan memerlukan pemanfaatan dan pengelolaan seluruh sumberdaya hayati secara optimal dan harmonis, termasuk pengelolaan dan pemanfaatan biomassa dan residu bahan organik pertanian. Pupuk hayati dan pupuk organik sangat penting untuk mengembalikan produktivitas lahan yang menurun karena kadar C-organik tanah kurang dari 2% dan biota tanah rusak yang menyebabkan kesuburan tanah berkurang. Pada tanaman perkebunan pemberian pupuk hayati mampu mengefisienkan ekternal input pupuk anorganik hingga 25%. Pengelolaan sampah organik memberikan nilai tambah dari kompos, media tanam dan biogas. Komersialisasi pupuk hayati harus memenuhi syarat teknis minimal (261/KPTS/SR.310/M/4/2019), sedangkan syarat teknis minimal pupuk organic diatur oleh Permentan No.02/Pert/HK.060/2/2006.

Prof. Dr. Ridwan Thahir Tim Pakar APPERTANI Bidang Keteknikan Pengelolaan Hasil Pertanian, mewakili PT. Agro Indo Mandiri, sebagai wadah pengabdian peneliti aktif maupun purna bakti Balitbangtan. Bliau berbagi pengalaman hilirisasi teknologi pupuk hayati hasil penelitian Balitbangtan melalui lisensi untuk komersialisasi pupuk hayati Agrimeth dan Gliocompost. Hilirisasi pupuk hayati baru bisa dilaksanakan setelah memenuhi persyaratan administrasi dan pemasaran meliputi: 1) Nomor Induk Berusaha (NIB) dan Klasifikasi Baku Lapangan Berusaha Indonesia (KBLI), 2) pendaftaran merek, 3) mendaftar Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), 4)mendaftar sebagai Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP), 5) memperoleh izin industry dan 6) mendapat sertifikasi tingkat komponan dalam negeri (TKDN). Tantangan yang dihadapi dalam hilirisasi Agrimeth meliputi tantangan teknis, skala produksi, kemasan, dosis kemasan, penyimpanan dan sterilisasi media. Pembelajaran yang didapat dari pemasaran Agrimeth diketahui bahwa petani masih mengutamakan penggunaan pupuk NPK. Agrimeth masih memerlukan dukungan program pemerintah untuk digunakan oleh petani tanaman pangan, sedangkan Gliocompost sudah direspon baik petani hortikultura, karena disamping sebagai pupuk juga berfungsi untuk pengendali penyakit oleh patogen jamur, dan nilai ekonomi produk yang lebih tinggi. Usaha-usaha pengembangan Agrimeth seperti memperpanjang daya simpan, inokulasi mikroba ke media, formula granul, uji efektivitas lapang dan prototipe pabrikasi terus dilakukan guna meningkatkan pangsa pasar.