Program Masterclass APPERTANI – ACIAR

Ekonomi Transformasi Pedesaan dan Kebijakan Publik
Strategi dan Metode untuk Transformasi Pedesaan yang Sukses
5 -8 Mei 2025, Bali
Transformasi pedesaan sangat penting untuk mencapai pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, mengurangi kemiskinan, dan memperkecil kesenjangan antara daerah perkotaan dan pedesaan. Secara global, sekitar 3,4 miliar orang tinggal di daerah pedesaan, dengan 90% di antaranya tinggal di negara-negara berkembang. Sebagian besar dari populasi ini menghadapi kemiskinan. Oleh karena itu, upaya terkoordinasi dari pemerintah, perusahaan, organisasi non-pemerintah (LSM), dan komunitas lokal diperlukan untuk mengatasi berbagai tantangan di daerah pedesaan dan memanfaatkan peluang untuk transformasi pedesaan.
Program lokakarya transformasi pedesaan diselenggarakan pada tanggal 5 – 8 Mei 2025 yang dibagi menjadi 3 hari sesi kelas dan 1 hari kunjungan lapangan ke lokasi model praktik transformasi pedesaan. Peserta dalam sesi kelas menerima materi dari narasumber ahli mengenai transformasi pedesaan, analisisnya, dan persiapan kebijakan pendukung. Selain itu, kunjungan lapangan diisi dengan praktisi transformasi pedesaan di Candi Kuning dan Jatiluwih yang memiliki faktor pendorong yang berbeda.
Hari 1 – Hari Pengetahuan
Dr. Dong Wang dari Universitas Nasional Australia dan Universitas Queensland menjelaskan tentang urgensi untuk mendorong transformasi pedesaan yang dimulai dari pembangunan pedesaan, yang dapat didefinisikan sebagai upaya untuk menjadikan daerah pedesaan sebagai tempat yang lebih baik untuk tinggal dan bekerja. Hal ini berarti istilah ‘kualitas hidup’ yang terkait dengan peningkatan pendapatan per kapita riil dan di atasnya, pengurangan kemiskinan, perumahan pedesaan, layanan publik, distribusi penduduk, peluang kerja, keadilan, kesejahteraan sosial, dan efisiensi ekonomi. Oleh karena itu, ciri utama pembangunan adalah proporsi penduduk yang secara langsung terlibat dalam pertanian menurun seiring dengan peningkatan standar hidup (pertumbuhan lapangan kerja dan pendapatan di luar sektor pertanian).
Dosen tamu, Profesor Justin Yifu Lin, mantan Ekonom Utama dan Wakil Presiden Senior Bank Dunia, memberikan kuliah tentang “Ekonomi Struktur Baru untuk Transformasi Pedesaan”. New Structural Economics (NSE), yang diusulkan oleh Justin Yifu Lin, mewakili generasi ketiga ekonomi pembangunan. Teori ini berargumen bahwa struktur ekonomi bersifat endogen terhadap endowment faktor yang berkembang di suatu negara, dan pembangunan yang sukses memerlukan penyelarasan kebijakan dengan keunggulan komparatif negara tersebut.
Dalam kuliah tamu, Profesor Lin menekankan bahwa kesuksesan pembangunan, menurut NSE, bergantung pada: (i) Mengikuti keunggulan komparatif, (ii) Ekonomi pasar; dan (iii) negara yang memfasilitasi untuk mengatasi kegagalan koordinasi dan mendukung infrastruktur. Bukti empiris (misalnya, China, Vietnam, Mauritius) mendukung pendekatan ini, yang kontras secara tajam dengan stagnasi yang terlihat di Amerika Latin dan Afrika. Untuk transformasi pedesaan, NSE menyoroti modernisasi pertanian sebagai hal yang vital. Pertanian tidak hanya mengurangi kemiskinan tetapi juga menyediakan modal, tenaga kerja, dan permintaan untuk barang industri. Perubahan struktural dalam pertanian didukung oleh negara adalah esensial untuk perkembangan yang lebih luas. Sebagai kesimpulan, NSE menawarkan kerangka kerja pragmatis dan spesifik negara untuk pertumbuhan berkelanjutan, menggantikan resep ideologis dengan perkembangan yang didasarkan pada kenyataan. Ia menyerukan pergeseran paradigma: dari meniru negara-negara kaya menjadi memperluas apa yang sudah dapat dilakukan dengan baik oleh negara-negara berkembang.
Hari ke-2 – Hari Metode
Sesi refleksi tentang transformasi pedesaan dan pembangunan kapasitas menekankan pentingnya pengembangan individu dan institusi warisan yang ditinggalkan Asia, yang kini menjadi landasan kritis bagi pekerjaan berkelanjutan ACIAR. Dave, sebagai pembicara utama, menekankan peran pemerintah yang terus berkembang dalam pembentukan kebijakan dan kebutuhan institusi untuk mengembangkan kapasitasnya dalam mempengaruhi arah kebijakan. Hal ini melibatkan penyelarasan solusi kebijakan dengan agenda politik yang lebih luas, penulisan ringkasan kebijakan yang ringkas dan berbasis bukti, serta keterlibatan pemangku kepentingan yang relevan secara efektif.
Sesi 1: Menulis Ringkasan Kebijakan yang Baik
Dalam sesi tentang penulisan ringkasan kebijakan, peserta menekankan bahwa tujuan utama ringkasan kebijakan adalah untuk memberikan informasi, meyakinkan, dan merekomendasikan solusi yang dapat diimplementasikan kepada pemangku kepentingan di berbagai sektor.
David Shearer menyimpulkan dengan menyatakan bahwa meskipun penelitian seringkali menyediakan banyak bukti dan ide topik, tantangan sesungguhnya terletak pada menyempitkan fokus dan membentuk pesan yang dapat secara efektif mempengaruhi pemangku kepentingan tertentu. Ia menekankan bahwa menulis ringkasan kebijakan bukan hanya soal menyajikan fakta, tetapi juga tentang komunikasi strategis menyelaraskan bukti dengan solusi praktis dan menyesuaikan ringkasan agar sesuai dengan pemangku kepentingan.
Sesi 2: Aplikasi Ekonomi Struktural Baru
Dr. Zitong Zhang secara kritis mengevaluasi teori-teori pembangunan sebelumnya, mencatat bahwa pendekatan strukturalis seperti substitusi impor menyebabkan pertumbuhan yang singkat diikuti oleh stagnasi, sementara pendekatan neoliberal dalam Kerangka Kerja Washington memicu keruntuhan ekonomi dan memperlebar ketimpangan pendapatan. Sebaliknya, New Structural Economics (NSE) menawarkan alternatif dengan menekankan bahwa struktur ekonomi suatu negara harus selaras dengan endowment faktor produksinya. Pasar dianggap efisien dalam mengalokasikan sumber daya, tetapi pemerintah memiliki peran vital dalam menangani eksternalitas, memperbaiki kegagalan koordinasi, dan menyediakan infrastruktur yang diperlukan.
Catatan Penutup dari Dong Wang, salah satu hipotesis inti New Structural Economics (NSE) adalah bahwa struktur ekonomi suatu negara pada suatu waktu tertentu ditentukan oleh endowment faktor produksinya, dan strategi pembangunan yang efektif harus selaras dengan realitas struktural ini. NSE dibangun di atas asumsi ekonomi dasar sambil meninjau kembali pendekatan metodologis Adam Smith. Ia menekankan pentingnya mengajukan pertanyaan yang tepat, memahami konteks spesifik, dan mengusulkan solusi praktis dan dapat dilaksanakan. Pendekatan ini mencerminkan kembalinya ke tradisi ekonomi klasik bukan dalam hal kesimpulan, tetapi dalam hal ketelitian metodologis.
Tiga kunci utama NSE yang patut diperhatikan adalah: (1) pasar harus berfungsi secara efisien, (2) negara harus berperan sebagai fasilitator, dan (3) kebijakan harus berdampak dan dirancang dengan baik. NSE menekankan bahwa pembentukan kebijakan yang efektif memerlukan pemahaman mendalam tentang kondisi ekonomi unik suatu negara. Tanpa pemahaman tersebut, negara berkembang mungkin mengadopsi kebijakan dari negara maju yang tidak sesuai atau bahkan kontraproduktif
Sesi 3: Keterampilan Analitis (Metode Evaluasi Transformasi Pedesaan & Teknik Segmentasi Tahap)
Profesor Jikun Huang Segmentasi Transformasi Pedesaan adalah kerangka konseptual yang mengklasifikasikan tahap-tahap transformasi pedesaan berdasarkan perubahan di sektor pertanian dan pergeseran tenaga kerja dari kegiatan pertanian ke non-pertanian. Huang membagi transformasi pedesaan menjadi empat tahap utama:
- Tahap I: Produksi Pangan Pokok
- Tahap II: Diversifikasi dan Komersialisasi Pertanian
- Tahap III: Spesialisasi/Mekanisasi dan Ketenagakerjaan di Luar Pertanian
- Tahap IV: Pertanian Bernilai Tinggi dan Berkelanjutan serta Pengembangan Terpadu Perkotaan-Pedesaan
Sesi 4: Transformasi Pedesaan di Daerah Penghasil Utama Hortikultura di Bali Presentasi Utama (Prof. Made Utama – Universitas Udayana)
Presentasi ini berfokus pada pengalaman Bali dalam transformasi pedesaan di kawasan penghasil hortikultura, khususnya di dataran tinggi tengah. Bali, dengan luas wilayah sekitar 5.780 km², memiliki topografi yang beragam dan iklim yang mendukung produksi hortikultura. Wilayah ini ditandai dengan keanekaragaman hayati yang kaya, pegunungan, danau, serta lanskap estetis yang mendukung baik pertanian maupun pariwisata.
Hari ke-3 – Hari Lapangan
Desa Candi Kuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan
Destinasi pertama kegiatan lapangan adalah kebun stroberi yang menjadi Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S). Peserta melakukan dialog dan memperoleh pengalaman dari 3 praktisi, yaitu pendiri pusat pelatihan pertanian dan pedesaan, seorang petani contoh yang menerapkan pertanian organik, dan ketua kelompok Mangun Tani yang menjadi pelopor dalam mendorong petani menuju transformasi pertanian dan pedesaan yang terus berlanjut hingga saat ini.
Kesimpulan dari Dr. Dong Wang, pengembangan pariwisata di Bali akan lebih mudah karena memiliki tingkat spesialisasi yang tinggi, sehingga dapat diharapkan bahwa di masa depan, petani kecil akan terus menggunakan mekanisasi tanpa mengubah praktik tradisional dalam usaha pertanian mereka, yang menarik untuk diamati. Fenomena ini telah dibuktikan oleh penelitian C. Findlay, yang menunjukkan bahwa negara-negara berkembang dengan praktik tradisional yang secara rutin dilakukan oleh petani kecil dapat mencapai transformasi pedesaan. Dukungan lain datang dari peran pemerintah daerah melalui peraturan yang mendukung. Selain itu, masyarakat Bali beruntung karena secara luas diakui sehingga segala sesuatu dari Bali dianggap organik sebagai identitas regionalnya.
Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan
Perubahan yang terjadi sebelum dan setelah penetapanJatiluwih Tourist Destination Area (DTW) sangat mencolok, baik dari segi ekonomi, sosial, maupun budaya masyarakat setempat. I Ketut Purna, seorang pemimpin komunitas Jatiluwih, mengungkapkan bahwa perubahan ini luar biasa, terutama dalam hal penciptaan lapangan kerja bagi generasi muda di desa. Sebelum DTW, banyak pemuda harus mencari pekerjaan di luar daerah, seperti di kawasan wisata Nusa Dua, yang berjarak lebih dari satu jam perjalanan dari Jatiluwih. Hal ini tentu melelahkan karena mereka harus bekerja delapan jam ditambah dua jam perjalanan pulang-pergi. Namun, dengan pengelolaan pariwisata berbasis institusi, lebih banyak peluang kerja tersedia di dalam desa. Kini, pemuda dapat bekerja sebagai pemandu wisata trekking, bekerja di restoran, berjualan suvenir, dan beberapa bahkan beralih profesi untuk mengelola aktivitas pariwisata lain di Jatiluwih.
Hari ke-4 – Hari Perubahan
Mengelola perubahan kebijakan di sektor pertanian: Prof. Christopher Findlay
Faktor-faktor yang mendorong perkembangan pasar meliputi investasi, infrastruktur termasuk jalan dan telekomunikasi/kapasitas digital, kebijakan, regulasi (masalah kelalaian dan tindakan), lembaga, biaya transaksi yang lebih rendah termasuk penegakan hukum dan penyelesaian sengketa, serta lembaga lain yang juga menurunkan biaya transaksi seperti sistem standar dan inovasi, serta urbanisasi.
Pengaturan pemasaran saat ini yang diatur oleh undang-undang negara, sebagaimana diatur dalam konstitusi, umumnya menetapkan pasar yang diatur di mana produk harus dijual (ditujukan untuk mencapai keadilan dan transparansi serta melindungi hak-hak petani). Setiap negara bagian (kecuali 4) dibagi menjadi beberapa wilayah pasar, masing-masing dikelola oleh Agricultural Produce Marketing Committee (APMC). Pasar-pasar ini, atau mandis, adalah tempat yang ditunjuk di mana petani umumnya diwajibkan untuk membawa hasil panen mereka untuk dijual. Hanya pedagang berlisensi dan agen komisi yang diizinkan untuk membeli dan menjual di pasar-pasar ini. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan praktik yang adil dan transparansi. Penjualan biasanya dilakukan melalui lelang terbuka, di mana harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran di hadapan pembeli yang beragam. Setiap APMC dikelola oleh komite yang terdiri dari perwakilan petani, pedagang, dan pejabat pemerintah. Di tingkat nasional, pemerintah menerapkan kebijakan harga dukungan minimum (MSP) dengan skema sebagai berikut: (a) sebelum setiap musim tanam, pemerintah mengumumkan harga minimum untuk komoditas tertentu; (b) ketika harga pasar turun di bawah level tersebut pada saat panen, lembaga pemerintah membeli komoditas langsung dari petani di mandis dengan harga MSP; dan (c) sistem ini terutama mencakup komoditas utama seperti gandum, beras, dan beberapa komoditas lainnya.
Pengalaman Transformasi Pedesaan di Indonesia: Prof. Tahlim Sudaryanto
Prof. Tahlim menyimpulkan bahwa: (1) peningkatan pendapatan rumah tangga pedesaan dan pengurangan kemiskinan harus dilakukan melalui kebijakan terintegrasi, yang mencakup (a) pengembangan pertanian bernilai tinggi dan (b) perluasan lapangan kerja non-pertanian di pedesaan; (2) menyeimbangkan kebijakan insentif terkait ketahanan pangan dan komoditas bernilai tinggi; (3) kebijakan pengembangan regional harus menekankan pada provinsi-provinsi yang termasuk dalam kategori pertumbuhan lambat terkait ST, RT1, RT2, pendapatan pedesaan, dan pengurangan kemiskinan; dan (4) Fokus pada faktor pendorong utama dalam hal investasi publik pada infrastruktur pedesaan, khususnya irigasi, jalan, dan komunikasi; memperkuat riset dan pengembangan pertanian pada komoditas bernilai tinggi; serta mempromosikan investasi asing langsung (FDI) dengan menyederhanakan kerangka regulasi dan kemudahan berbisnis.
Pengalaman Transformasi Pedesaan di Vietnam: Ms. Nguyen Le Hoa
Pencapaian dalam pengembangan pertanian, petani, dan daerah pedesaan di Vietnam terkait semua aspek kehidupan pedesaan telah mengalami perubahan setelah 15 tahun implementasi Resolusi 26 tentang Kebijakan Tam Nong. Pendapatan masyarakat terus meningkat. Tingkat rumah tangga miskin di daerah pedesaan menurun rata-rata 1-1,5% per tahun.
Faktor-faktor utama yang mendorong perubahan bagi petani di masa depan meliputi: faktor ekonomi (Pasar, Harga, Perdagangan), faktor lingkungan (perubahan iklim, degradasi lahan), faktor sosial (urbanisasi, migrasi pemuda), faktor teknologi (inovasi, akses digital), dan faktor politik (kebijakan, regulasi, dan sistem dukungan). Transformasi pertanian yang berpotensi tercapai dalam transformasi pedesaan terkait dengan: (a) perubahan praktik produksi, produk bernilai tinggi, penerapan teknologi, produksi berkelanjutan (produksi hijau, ekonomi sirkular, produksi ramah lingkungan, dll); dan (b) perubahan hubungan produksi yang mencakup peningkatan koneksi dengan pemangku kepentingan/pasar lain. Setelah presentasi, John Yaxley memimpin diskusi meja bundar dengan semua peserta dan pembicara. Topik yang dibahas selama diskusi meja bundar meliputi:
- Pola-pola berbeda pertanian bernilai tinggi di China dan Indonesia pada tingkat regional. Kelayakan transformasi pedesaan “hijau” pada tahap awal di negara lain.
- Kekuatan regulasi pemerintah terhadap transformasi pedesaan pada tingkat regional.
- Ekonomi Struktur Baru