Bimbingan Teknis dan Sosialisasi Daring (WEBINAR) #EPISODE 1140 PROPAKTANI
Alih Teknologi Pertanian untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Pangan
Pembelajaran yang diperoleh atas keberhasilan peningkatan produksi tanaman pangan khususnya beras di Indonesia dari negara importir sebelum Revolusi Hijau menjadi negara berswasembada beras untuk pertama kalinya tahun 1984, utamanya karena transfer teknologi melalui sinergi peneliti-penyuluh dan petani. Seiring berjalannya waktu, dengan terbitnya undang undang otonomi daerah dan undang undang SISNAS IPTEK mempengaruhi mekanisme transfer teknologi, ditengah tuntutan peningkatan produksi beras dalam negeri untuk mencapai swasembada dan sebagai lumbung pangan dunia 2045. Dr. Suwandi, Dirjen Tanaman Pangan dalam keynote speechnya menekankan bahwa dalam upaya mencapai peningkatan produksi tanaman pangan diperlukan perubahan sikap, skill dan knowledge. Propaktani episode 1140 yang diorganisir oleh APPERTANI membahas Alih Teknologi Pertanian untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Pangan. Sebagai moderator webinar episode ini adalah Prof. Dr. Ir. Deciyanto Soetopo, MS, Periset Pusat Riset Perkebunan, Orgaisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN yang juga Tim Pakar APPERTANI Bidang Hama dan Penyakit Tanaman.
Ir. Rachmat Hendayana, MS., Tim Pakar Bidang Keahlian Sosial Ekonomi dan Kelembagaan APPERTANI menyampaikan topik:” Disrupsi Alih Teknologi Pertanian Mendukung Akselerasi Peningkatan Produksi Tanaman Pangan”, menekankan perlunya “disrupsi” dalam alih teknologi pertanian untuk mendukung tuntutan peningkatan produksi pangan dalam negeri. Permintaan beras terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk yang akan mencapai 354 juta tahun 2045, dengan konsumsi beras meningkat 1,5% ditengah dampak negative perubahan iklim dan degradasi lahan. Tantangan lainnya dalam produksi pangan adalah ketergantungan pada pupuk dan pestisida kimia, ketidakpastian pasar dan harga, serta kurangnya akses terhadap teknologi dan informasi. Teknologi modern membuka peluang baru dan menyediakan solusi inovatif, memungkinkan pemantauan yang akurat dan cepat untuk segera melakukan tindakan korektif. Pertanian presisi, meningkatkan efisiensi penggunaan input pertanian.
Dr. Ir. Maesti Mardiharini, M.Si, Periset BRIN dan Tim Pakar APPERTANI dalam Bidang Perilaku dan Dimensi Sosial dalam Ekonomi Kesejahteraan menyampaikan materi dengan topik: “Optimalisasi Sumber Informasi dan Inovasi Pertanian untuk Peningkatan Produktivitas Berkelanjutan ”. Petani memerlukan informasi teknik budidaya dan manajemen sumber daya alam yang dapat membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih baik. Informasi tentang perubahan iklim, pasar, dan kebijakan pertanian memungkinkan petani beradaptasi dengan kondisi yang terus berubah. Pengetahuan tentang praktik pertanian berkelanjutan akan melindungi lingkungan dan memastikan ketahanan pangan jangka panjang. Inovasi teknologi mempercepat proses produksi, mengurangi kerugian, dan meningkatkan efisiensi. Penggunaan teknologi canggih seperti irigasi cerdas, sensor tanah, dan pemantauan satelit dapat meningkatkan hasil panen. Inovasi membantu mengatasi tantangan seperti perubahan iklim, kekurangan air, dan degradasi lahan. Kebutuhan informasi dan inovasi , strtegi optimalisasi serta tantangan dan solusi dipaparkan pada webinar kali ini, disertai studi kasus di pedesaan India.
Prof. Dr. Ir. Irsal Las, MS, Ketua dan Pakar APPERTANI Bidang Agroklimat dan Kebijakan Sumberdaya Lahan dan Lingkungan menyampaikan materi dengan topik: “Tantangan Dan Strategi Alih (Transfer-Hilirisasi) “Teknologi-Inovasi Pertanian” Kedepan”. Ketersediaan pangan sangat menentukan level kesejahteran, sumber energi dan gizi utama bagi kehidupan masyarakat, serta menjadi sumber ekonomi rumah tangga/keluarga. Keberadaan dan ketersediaan pangan berpengaruh dan beririsan dengan ketahanan dan stabilitas politik nasional. Tanaman pangan dominan sebagai komoditas public, teknologi dan informasi yang dihasilkan tidak mudah dikomersialkan, sehingga perlu intervensi pemerintah karena menyangkut kebutuhan semua orang, termasuk sebagai nafkah/hajat petani sebagai produsen. Tanaman pangan didominasi tanaman semusim yang sensitive cekaman lingkungan yang memerlukan variasi teknologi dan inovasi. Alih teknologi berperan strategis untuk meningkatkan produksi tanaman pangan. Penjabaran strategi percepatan hilirisasi teknologi dan
inovasi pertanian perlu melibatkan BRIN, Perguruan tinggi, Lembaga riset lainnya (swasta), Kementan, Pemda dan petani. Pada tahapan menghasilkan produk riset komersial maupun non-komersial Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), PT dan Lembaga riset lainnya yang berperan. Kementan seperti Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) dan Ditjen teknis berperan dalam standarisasi dan diseminasi bersama dengan Lembaga riset dan perguruan tinggi, disamping memberikan umpan balik kepada penghasil produk riset. Pada tahapan hilirisasi perlu melibatkan pemda, swasta dan petani disamping Ditjen teknis, BSIP, Lembaga riset dan perguruan tinggi, sekaligus memberi umpan balik mengenai kesesuaian produk riset.